I.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah
adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit.Pembentukan tanah dari
bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana
bahan induk berkeping-keping secara halus.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila
kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan
susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk
dibawahnya.Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan
bahan induk sebagai bahan pembentuknya,juga terbentuk karena pengendapan yang
berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya
horison-horison pada
tanah-tanah yang memiliki
perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum
terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan
uraian di atas maka dilakukan
pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap
tanah.
1.2Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah pengamatan langsung di lapangan mengenai
Profil Tanah dan untuk mengamati lapisan- lapisan tanah.
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan
perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang
pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan
lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan
tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan
atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
Horizon Tanah adalah
tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut
horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan
yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) (Anonim,
2008). Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan (Anonim, 2008).
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah
yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan
cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara
lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan
teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh
tanah secara tidak utuh (Anonim, 2008).
2.2 Faktor-Faktor Pembentuk dan Proses
Terbentuknya Tanah
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah
yaitu:
1.Kemiringan
Daerah
dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali,
Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil bergerak
ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman yang
menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan
nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal, namun
drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2.
Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir
seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena
partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran
feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang
terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase
dan kemampuan menahan air.
Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat
tahap awal pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada
mekanis, butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung
halus. Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang
terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan
baik, walau bisa saja tetap subur.
3.
Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi
soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan
membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi.
Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke
permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
Lubang-lubang
yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan
kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri,
jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
4.
Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu.
Soil yang masih muda masih
mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih
tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan
dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran
ekstrusif.Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik,
endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol.Soil seperti ini dapat
dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil.Maka dari itu, soil ini
sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi
iklim dan topografi lampau.
5.Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting yang menentukan
ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat
terbentuki menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan
curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan,
dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan
jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut.
Tanah berasal dari
pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi
batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik
ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yangterdiri atas lapisan-lapisan atau disebut
sebagaihorizon tanah. Setiap horizonmenceritakan mengenai asal dan
proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut.
2.3
Sifat-Sifat Tanah
2.3.1
Sifat Kimia Tanah
1.
Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi
tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut.
Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam
jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan
OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
Nilai
pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7
disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah
umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam
dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan
cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering
ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah
sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering
kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung
garam Na.
2.C-Organik
Kandungan bahan organik
dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan
keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat
meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan
bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik.
Bahan Organik tanah
sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem
tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus
dipertahankan tidak kurang dari 2%, Agar kandungan bahan organik dalam tanah
tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu
pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas
Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik
dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat
merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
3.
N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro
esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam
pembentukan protein.Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a. Bahan Organik Tanah : Bahan organik
halus dan bahan organik kasar.
b. Pupuk : adalah material yang
ditambahkan pada media tanaman atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat
berupa bahan Organik ataupun bahan Non-Organik (Mineral). Pupuk berbeda dari
suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, kedalam pupuk, khususnya
pupuk buatan, dapat dtambahkan sejumlah material suplemen.
c. Air Hujan : adalah sebuah presipitasi
berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batuan es
dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui
suhu diatas titik leleh es didekat dan diatas permukaan bumi.
Sumber N berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam
tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat
pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh
aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah
disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total
umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi
tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut. Manfaat dari
Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta
berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan
lain. Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik.
Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap
unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap
adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya,
nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral
mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu
tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan
bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena
pengendapan.
8.
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation
(KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan
tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
rendah atau tanah-tanah berpasir.
9.Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah
perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar
kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah
kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis.
Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan
tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan
kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi
koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan
koloid.
Kejenuhan basa selalu
dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam
melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan
basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika
kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal
ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan
kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa
50% .
2.3.2
sifat-sifat fisika tanah
1.Batas-batas
Horizon
Batas
suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat
jelas atau baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan
horizon-horizon ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar
peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur
(lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm).
Di samping itu bentuk topografi dari batas horizon tersebut dapat rata,
berombak, tidak teratur atau terputus.
2. Warna tanah
Penyebab
perbedaan warna permukaan tanah umumnya disebabkan
oleh perbedaaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat.
oleh perbedaaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat.
3. Tekstur
Tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halusnya tanah (< 2
mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat
maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur.
4. Struktur tanah
4. Struktur tanah
Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida
besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan
kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
5. Kemantapan dan tingkat
perkembangan struktur
Ketahanan
struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir
struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur
tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur
tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan kelembaban tanah.
Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat
perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang
lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam menentukan kemantapan struktur
tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dalam keadaan mendekati
kering atau sedikit lembab karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam
keadaaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik.
6.
Konsistensi
Konsistensi
tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan lembab atau kering
konsisteni tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan
tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab
atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan
tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
III. METODOLOGI
3.1.
Letak Administrasi dan Geografis
Lokasi
pengamatan Profil Tanah terdapat pada Kabupaten Takalar dengan Letak Geografis
050 221 41,211 LS dan 1190 331
44 BT. Dengan batas wilayah sbb :
Sebelah Timur :
Permukiman
Sebelah Utara : Sungai
Musiman
Sebelah Barat : Sungai
Musiman
Sebelah Selatan : Sungai
Musiman
3.2.
Waktu dan Tempat
Waktu pengamatan Profil Tanah
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Oktober 2012 pukul 10:30 – 14:30 WITA.
Bertempat di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
3.3
Alat dan Bahan
Dalam praktikum profil tanah alat yang digunakan
berupa cangkul, meteran, cutter, ring sample, skop, linggis dan kamera. Selain
itu bahan yang digunakan berupa kertas label, kantong plastik gula dan DIP
(Daftar isian profil).
3.4.
Prosedur Kerja
3.3.1.Penggalian profil tanah
Adapun cara
kerja praktikum penggalian profil tanah sebagai berikut:
1.
Membuat lubang penampang harus
cukup besar agar orang dapatdengan mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan
pemeriksaannya berjalan dengan sempurna.
2.
Mengukur penampang 1,5m x 1m
sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang pada bagian
teratas.
3.Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi
penampang pemeriksaan.
4. Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
3.3.2.
Tanah Terganggu
Prosedur kerja
pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
1.
Mengambil
tanah dengan sendok tanah atau cutter sesuai dengan lapisan yang akan diambil.
2.
Masukkan
dalam kantong plastik gula yang telah diberi label.
3.3.3.
Tanah Utuh
Prosedur pengambilan
sampel tanah utuh sebagai berikut :
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang diambil,
kemudian letakkan ring sampel tegak lurus (jangan sampai tanah dalam ring sampel rusak).
2. Menekan ring sampel sampai bagian ring sampel masuk ke dalam tanah
(+ 10 cm).
3.
Ambil ring sampel beserta
tanahnya dengan hati-hati, gali dengan skop atau linggis.
4.
Potonglah kelebihan tanah
yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata
dengan permukaan ring sampel.
5.
Tutup ring sampel dengan
plastik lalu simpan dalam kotak yang telah disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel
1 : Hasil pengamatan Profil Tanah di wilayah Takalar
Parameter Pengamatan
|
Lapisan I
|
Lapisan II
|
Lapisan III
|
Kedalaman
Lapisan
|
30
cm
|
28
cm
|
47
cm
|
Batasan
Lapisan
|
Berbaur
|
Berbaur
|
Berbaur
|
Topografi
batas lapisan
|
Tidak
teratur
|
Tidak
teratur
|
Tidak
teratur
|
Warna
(Munsell)
|
-
|
-
|
-
|
Tekstur
|
Kasar
(pasir)
|
Halus
(liat)
|
Lembut
(liat)
|
Struktur
|
Sedang
|
Halus
|
Halus
|
Konsistensi
|
Teguh
|
Lepas
|
Gembur
|
Karatan
|
Fe
dan Mn
|
Mn
|
Mg
dan Mn
|
Sumber. Data Primer setelah diolah, 2012
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada
profil tanah pertama yang diamati bahwa pada lapisan I 30 cm dengan batas
lapisab baur. Topografi batas lapisan masing-masing tidak teratur. Memiliki tekstur kasar
berpasir dengan konsistensi teguh pada lapisan I, tekstur tanah pada lapisan I
sedang dalam profil ini terdapat karatan besi dan mangan (Fe dan Mn)
2. Pada profil tanah kedua pada lapisan II di
amati memiliki kedalaman 28 cm, dengan batas horizon masing-masing baur. Topografi
pada lapisan ini tidak teratur. Memiliki tekstur halus (liat) dengan
konsistensi lepas pada lapisan II, struktur tanah pada lapisan II halus dalam
profil in terdapat karatan mangan (Mn).
3. Pada profil
tanah yang ketiga di amati memiliki kedalaman 47 cm dengan batas horizon
masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak teratur. Memiliki tekstur
lembut (liat) dengan konsistensi gembur pada lapisan III, struktur tanah pada
lapisan III halus, pada lapisan ini terdapat karatan magnesium dan mangan (Mg
dan Mn).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada Pofil Tanah pertama yang diamati bahwa pada lapisan I 30 cm, dengan
batas lapisan baur. Memiliki tekstur kasar berpasir dengan konsentrasi Teguh
pada lapisan I, tekstur tanah pada lapisan I sedang dalam profil ini terdapat
karatan besi dan mangan (Mg dan Mn).
2. Pada Profil Tanah kedua pada lapisan kedua diamati memiliki kedalaman 28
cm, dengan batas horizon masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak
teratur. Memiliki tekstur halus (liat) dengan konsistensi lepas pada lapisan
II, tekstur tanah pada lapisan II halus dalam profil ini terdapat karatan
mangan (Mn).
3. Pada Profil Tanah yang ketiga diamati memiliki kedalaman 47 cm, dengan
batas horizon masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak
teratur.memliki tekstuur lembut (liat) dengan konsentrasi gembur pada lapisan
III, tekstur tanah pada lapisan III halus,pada lapisan ini terdapat karatan
magnesium dan mangan (Mg dan Mn).
5.2 Saran
Untuk
para pendamping yang akan mendampingi praktikan sebaiknya mengatur jadwal,
tempat, dan hal-hal lain untuk memperlancar perjalanan hingga selesainya
praktikum tersebut. Dan untuk penggalian dan pengamatan profil tanah di
laksanakan pada cuaca cerah, agar dapat terlihat jelas batas antar lapisan
tanah dan tanah yang akan di amati tidak mengalami
gangguan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim .2008.http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia. Diakses tanggal 30/10/2012 pukul 22.00 WITA
Anonim .2008.http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia. Diakses tanggal 30/10/2012 pukul 22.00 WITA
Anonim
.2012.http://www.scribd.com/doc/36255008/Proses-terbentuknya-tanah. Diakses tanggal
30/10/2012 pukul 22.05 WITA
Pasaribu.2007.http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol. Diakses tanggal 30/10/2012 pukul 22.10WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar