Widget-Animasi

Jumat, 05 April 2013

Laporan lengkap Bahan Organik



I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
       Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah. 
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
   Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap yang dapat hilang dari tanah.
 Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan praktikum mengenai bahan organik untuk mengetahui kandungan bahan organik suatu jenis tanah pada setiap lapisan.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum bahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah pada lapisan I serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui kandungan bahan organik dari suatu tanah sehingga kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tanah tersebut dijadikan areal atau lahan pertanian.
 
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Organik
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun secara biologi. Bahan organik tanah merupakan campuran antara polisakarida lignin, protein, dan bahan organik lainnya yang berasal dari batuan dan mineral.
      Di dalam tanah, bahan organik selalu mengalami perombakan sebagai aktivitas dari mikroba tanah.  Proses ini dapat menghasilkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman serta senyawa lainnya yang semuanya itu dapat  mempengaruhi pertumbuhan tanaman.  Adapun metode penetapan bahan organik tanah ada tiga cara, yaitu metode langsung (berdasarkan hilangnya berat), metode tidak langsung, dan metode yang didasarkan pada proses reduksi oleh bahan organik. Adapun sumber-sumber bahan organik terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. 
Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan tanah.Sumber sekunder diperoleh dari binatang. Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbang bahan organiknya. Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tanah.  Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut.  Jaringan binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh sebab itu pada jaringan binatang umumnya lebih cepat hancur dibandingkan dengan jaringan tumbuhan.
Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti lignin lemak dan beberapa senyawa yang mengandung N melalui proses biokimia menghasilkan suatu kelompok senyawa yang agak stabil, koloid amorf, dan berwarna gelap yang dikenal dengan humus.  Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan, berwarna coklat, amorfus, bersifat koloid, dan berasal dari jaringan tumbuhan, dan jaringan tumbuhan yang telah didekomposisikan oleh jasad mikro.
Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa.  Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain.  Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut.Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik.
2.2. Ciri-Ciri dan Jenis-Jenis Tanah yang Mengandung Bahan Organik
Perombakan bahan organik akan sangat berpegaruh terhadap sifat kimia dan fisik, serta terhadap biota tanah.  Sifat kimia tanah berfungsi untuk meningkatkan nilai tukar kation menjadi sumber dari unsur N, P, dan S yang tahan terhadap pencucian. Sifat fisika memberikan warna coklat kehitaman pada tanah, meningkatkan kemampuan menahan air, merubah warna menjadi gelap, merangsang dan menetapkan agregat, mempertinggi daya pengikatan air dalam tanah dan granulasi pada tanah serta mengurangi aliran permukaan tanah. Histosol (gambut) merupakan tanah yang mengandung bahan organik tinggi dan tidak mengalami permafrost. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol biasa disebut sebagai gambut. Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Penggunaan Histosol paling ekstensif adalah sebagai lahan pertanian, terutama untuk tanaman sayur-sayuran seperti buncis, kacang panjang, bayam, dan lain-lain. Histosol menyusun sekitar 1% dari daratan dunia.
2.3. Proses Terbentuknya Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Proses dekomposisi Bahan Organik memiliki urutan sebagai berikut:
1.         Fase perombakan bahan organik segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan menjadi lebih kecil.
2.         Fase perombakan lanjutan, yang melibatkan kegiatan enzim mikroorganisme tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapan. Pada tahapan awal dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah terdekomposisi sebagai akibat pembafaatan BO sebagai sumber karbon dan energi oleh mikro organisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa sampingan seperti: NH3, H2S, CO2, asam organik dll. Selanjutnya, pada tahapan tengah, terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan biomasa baru sel organisme).Lalu tahapan akhir dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian jaringan tanaman/hewan yang lebih resisten (mis: lignin). Peran fungi dan Actinomycetes pada tahapan ini sangat dominan
3.         Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi) yang akan membentuk humus.
III.METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Tempat dan Waktu Pengamatan
Praktikum Bahan Organik dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Rabu, 5 Desember 2012,  pukul 15.00  17.00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum bahan organik adalah :
Bahan yang digunakan dalam praktikum bahan organik adalah timbangan, labu erlenmeyer, pipet, buret, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan dalam praktikum bahan organik adalah larutan H2SO4, larutan K2Cr2O7, larutan titran Fe, sampel tanah, aquades, dan indikator diphenilalamin 1%.
3.3. Prosedur Kerja
1.    Timbangkan contoh tanah dengan neraca analitis sebanyak 1 gram.
2.    Masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250ml.
3.    Tambahkan dengan teliti 5 ml larutan K2Cr2O7 1 N( pipet) dan reaksikan dengan 5 ml H2SO4 dan biarkan reaksi dapat dilakukan pemanasan suspensi pada suhu 40°C selama 5 menit.
4.    Tambahkan aquadest kira-kira 50ml dan 10 ml H3PO4.
5.    Tetesi 1 ml indikator diphenylamin dan titrasi dengan ammonium ferro sulfat 0,25 N.

6.    Titik akhir titrasi adalah pada saat terjadi perubahan warna biru kehitaman menjadi hijau.
7.    Catat volume titran Fe++ yang digunakan, begitu pula normalitas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10 : Hasil Perhitungan Persentase C dan Persentase Bahan Organik
Lapisan
% Bahan Organik
I
0,41 %
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.2. Pembahasan
Pada lapisan I persentase bahan organik yaitu sebesar 0,41 %. Kandungan bahan organik tertinggi terdapat pada lapisan I (lapisan permukaan), hal ini terjadi karena akumulasi bahan-bahan organik sisa penumpukan dan pelapukan organisme baik tumbuhan maupun hewan,serta terjadi proses dekomposisi yang begitu cepat dan juga pada lapisan I terdapat humus, dimana humus itu merupakan polimer dari bahan organik lapisan permukaan. Tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah lapisan atas atau top soil karena semakin ke bawah suatu lapisan tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman, iklim, tekstur, dan adanya drainase yang buruk.Kedalaman suatu lapisan itu mempengaruhi bahan organik dalam tanah karena makin dalam suatu lapisan makin berkurang bahan organik dalam tanah.
Faktor iklim juga mempengaruhi karena makin dingin suatu daerah makin tinggi kadar bahan organiknya. Tekstur tanah juga berperan karena makin banyak unsur haranya. Adanya drainase yang buruk juga menyebabkan kadar bahan organik dalam tanah tinggi.
 
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.    Persentase Bahan Organik lapisan I yaitu 0,41%.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Bahan Organik yaitu sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyedia hara.
5.2. Saran
Tanah yang mengandung bahan organik rendah dalam tanah dalam pengelolaannya sebaiknya dilakukan dengan pemberian pupuk sehingga vegetasi yang akan dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Z.2011.Bahan Organik. http://cms.1m-bio.com/bahan-organik/.diakses  
pada tanggal 7/12/2012 pukul 09.00 WITA
Setyawan,A.2012.Karbon dan Bahan Organik. http://andryunib.blogspot.com/
2012/12/laporan-praktikum-dasar-dasar-ilmu.html#_.diakses pada tanggal
7/12/2012 pukul 09.30 WITA

Suryani,A.1996.Bahan Organik Tanah. http://www.damandiri.or.id/file/
anisuryaniipbbab2.pdf. diakses pada tanggal 7/12/2012 pukul 10.00 wita

Tim Asisten, 2012. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.Universitas Hasanuddin : Makassar.

Tubaran,H.2012. Konsep Utama Ordo Tanah. http://wahyuaskari.wordpress.com/
akademik/konsep-utama-ordo-tanah/ diakses pada tanggal 12/12/2012 pukul 18.00 WITA.
 

Laporan lengkap Profil tanah



 I.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit.Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya.Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya,juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horison-horison pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah.          Berdasarkan uraian  di atas maka  dilakukan pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
1.2Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah pengamatan langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan untuk mengamati lapisan- lapisan tanah.
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.
 
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
            Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock)  (Anonim, 2008). Horizon dan   lapisan  terbagi  sesuai  dengan (Anonim, 2008).
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim, 2008).
2.2 Faktor-Faktor Pembentuk dan Proses Terbentuknya Tanah
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah yaitu:
1.Kemiringan
       Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan menahan air.
Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis, butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus. Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan baik, walau bisa saja tetap subur.

3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
4. Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu. Soil yang masih muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif.Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol.Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil.Maka dari itu, soil ini sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan topografi lampau.
5.Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yangterdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagaihorizon tanah. Setiap horizonmenceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
2.3 Sifat-Sifat Tanah
2.3.1 Sifat Kimia Tanah
1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)
                   Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
                   Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na.
2.C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik.
Bahan Organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
3. N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein.Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a. Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar.
b. Pupuk : adalah material yang ditambahkan pada media tanaman atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan Organik ataupun bahan Non-Organik (Mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, kedalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat dtambahkan sejumlah material suplemen.
c. Air Hujan : adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batuan es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu diatas titik leleh es didekat dan diatas permukaan bumi.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut. Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
8. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir.  

9.Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid.
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% .
2.3.2 sifat-sifat fisika tanah
1.Batas-batas Horizon
Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horizon-horizon ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur (lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). Di samping itu bentuk topografi dari batas horizon tersebut dapat rata, berombak,  tidak teratur atau terputus.
2. Warna tanah
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya disebabkan
oleh perbedaaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat.
3. Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halusnya tanah (< 2 mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur.
4. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain  oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.

5. Kemantapan dan tingkat perkembangan struktur
Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam menentukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik.
6. Konsistensi
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan lembab atau kering konsisteni tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).

III. METODOLOGI
3.1. Letak Administrasi dan Geografis
Lokasi pengamatan Profil Tanah terdapat pada Kabupaten Takalar dengan Letak Geografis 050 221 41,211 LS dan 1190 331 44 BT. Dengan batas wilayah sbb :
Sebelah Timur             :           Permukiman
Sebelah Utara              :           Sungai Musiman
Sebelah Barat              :           Sungai Musiman
Sebelah Selatan           :           Sungai Musiman
3.2. Waktu dan Tempat
Waktu pengamatan Profil Tanah dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Oktober 2012 pukul 10:30 – 14:30 WITA. Bertempat di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
3.3 Alat dan Bahan
Dalam praktikum profil tanah alat yang digunakan berupa cangkul, meteran, cutter, ring sample, skop, linggis dan kamera. Selain itu bahan yang digunakan berupa kertas label, kantong plastik gula dan DIP (Daftar isian profil).
3.4. Prosedur Kerja
3.3.1.Penggalian profil tanah
Adapun cara kerja praktikum penggalian profil tanah sebagai berikut:
1. Membuat lubang penampang harus cukup besar agar orang dapatdengan mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya berjalan dengan sempurna.
2. Mengukur penampang 1,5m x 1m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang pada bagian teratas.
3.Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang pemeriksaan.
4. Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
3.3.2. Tanah Terganggu
Prosedur kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
1.      Mengambil tanah dengan sendok tanah atau cutter sesuai dengan lapisan yang akan diambil.
2.      Masukkan dalam kantong plastik gula yang telah diberi label.
3.3.3. Tanah Utuh
Prosedur pengambilan sampel tanah utuh sebagai berikut :
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang diambil, kemudian letakkan ring   sampel tegak lurus (jangan sampai tanah dalam ring sampel rusak).
2.  Menekan ring sampel sampai bagian ring sampel masuk ke dalam   tanah
 (+ 10 cm).
3. Ambil ring sampel beserta tanahnya dengan hati-hati, gali dengan skop atau linggis.
4. Potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
5. Tutup ring sampel dengan plastik lalu simpan dalam kotak yang telah disediakan.

IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1 : Hasil pengamatan Profil Tanah di wilayah Takalar
Parameter Pengamatan
Lapisan I
Lapisan II
Lapisan III
Kedalaman Lapisan
30 cm
28 cm
47 cm
Batasan Lapisan
Berbaur
Berbaur
Berbaur
Topografi batas lapisan
Tidak teratur
Tidak teratur
Tidak teratur
Warna (Munsell)
-
-
-
Tekstur
Kasar (pasir)
Halus (liat)
Lembut (liat)
Struktur
Sedang
Halus
Halus
Konsistensi
Teguh
Lepas
Gembur
Karatan
Fe dan Mn
Mn
Mg dan Mn
Sumber. Data Primer setelah diolah, 2012
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.  Pada profil tanah pertama yang diamati bahwa pada lapisan I 30 cm dengan batas lapisab baur. Topografi batas lapisan masing-masing  tidak teratur. Memiliki tekstur kasar berpasir dengan konsistensi teguh pada lapisan I, tekstur tanah pada lapisan I sedang dalam profil ini terdapat karatan besi dan mangan (Fe dan Mn)
2.  Pada profil tanah kedua pada lapisan II di amati memiliki kedalaman 28 cm, dengan batas horizon masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak teratur. Memiliki tekstur halus (liat) dengan konsistensi lepas pada lapisan II, struktur tanah pada lapisan II halus dalam profil in terdapat karatan mangan (Mn).
3. Pada profil tanah yang ketiga di amati memiliki kedalaman 47 cm dengan batas horizon masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak teratur. Memiliki tekstur lembut (liat) dengan konsistensi gembur pada lapisan III, struktur tanah pada lapisan III halus, pada lapisan ini terdapat karatan magnesium dan mangan (Mg dan Mn).

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada Pofil Tanah pertama yang diamati bahwa pada lapisan I 30 cm, dengan batas lapisan baur. Memiliki tekstur kasar berpasir dengan konsentrasi Teguh pada lapisan I, tekstur tanah pada lapisan I sedang dalam profil ini terdapat karatan besi dan mangan (Mg dan Mn).
2.      Pada Profil Tanah kedua pada lapisan kedua diamati memiliki kedalaman 28 cm, dengan batas horizon masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak teratur. Memiliki tekstur halus (liat) dengan konsistensi lepas pada lapisan II, tekstur tanah pada lapisan II halus dalam profil ini terdapat karatan mangan (Mn).
3.      Pada Profil Tanah yang ketiga diamati memiliki kedalaman 47 cm, dengan batas horizon masing-masing baur. Topografi pada lapisan ini tidak teratur.memliki tekstuur lembut (liat) dengan konsentrasi gembur pada lapisan III, tekstur tanah pada lapisan III halus,pada lapisan ini terdapat karatan magnesium dan mangan (Mg dan Mn).
5.2 Saran
Untuk para pendamping yang akan mendampingi praktikan sebaiknya mengatur jadwal, tempat, dan hal-hal lain untuk memperlancar perjalanan hingga selesainya praktikum tersebut. Dan untuk penggalian dan pengamatan profil tanah di laksanakan pada cuaca cerah, agar dapat terlihat jelas batas antar lapisan tanah dan tanah yang akan di amati tidak mengalami gangguan.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim .2012.http://www.scribd.com/doc/36255008/Proses-terbentuknya-tanah. Diakses tanggal 30/10/2012 pukul 22.05 WITA